Senin, 07 Juli 2008

Tentang Keistimewaan Bulan Rajab

Syekh Abdul Qadir Jailani QS
Dalam kitab Al-Ghunya li-Thalibi Thariq al-Haqq

Beberapa laporan tradisi (sunah) tentang berkah istimewa yang dianugerahkan Allah SWT kepada siapa pun yang melaksanakan salat sunah di bulan Rajab.

Pada saat itu, bulan baru tapat muncul untuk menandai awal Rajab, ketika Syekh Imam Hibatullah ibn al-Mubarak as-Saqati (Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepadanya) memberi berita kepada kami tentang otoritas sunah yang bagus, bahwa Nabi SAW menoleh kepada Salman al-Farisi RA dan bersabda,

"Wahai Salman RA, Allah SWT pasti akan menghapus semua dosa dari setiap mukminin dan mukminat yang melaksanakan salat sunah tiga puluh rakaat (yushalli tsalatsina raka) sehubungan dengan bulan ini, di mana pada setiap rakaat dibaca Surat Pembuka (Fatihat al-Kitab) dan Surat yang dimulai dengan "Qul: Huwa Allahu Ahad" tiga kali, dan Surat yang diawali dengan "Qul: Yaa Ayyuhal Kaafiruun" tiga kali. Ia akan menerima pahala yang sama dengan pahala orang yang melakukan puasa sebulan penuh, ia akan diperlakuakan sebagai orang yang telah melakukan ritual salat terus-menerus (al-mushallin) hingga ke tahun berikutnya, dan setiap hari akan mendapat kredit (kebaikan) sebagai syuhada dalam Perang Badar (syahid min syuhada'i Badr) .

Untuk setiap hari puasa (di bulan Rajab), ibadah selama satu tahun penuh akan dicatat bagi yang bersangkutan, di mana kebaikannya akan dilipatgandakan seribu derajat. Jika ia melakukan puasa selama sebulan penuh, di samping melaksanakan salat sunah khusus (seperti yang disebutkan di atas), Allah SWT akan mengangkat orang itu dari api neraka dan menyatakan bahwa orang itu berhak memasuki Taman Surga, di dalamnya untuk berada dekat dengan Allah SWT.

Jibril AS mengatakan kepadaku mengenai hal ini, dan kemudia ia berkata lagi, "Wahai Muhammad SAW, ini adalah sebuah tanda yang jelas untuk membedakan mukmin sejati, dengan orang-orang musyrik (politheist) dan munafik (hipokrit), karena orang-orang munafik tidak melakukan ritual salat itu (la yushalluna dzalik).

Setelah mendengar kata-kata ini yang ditujukan kepadanya oleh Nabi SAW, Salman RA menjawab dengan mengatakan, "Wahai Rasulullah SAW, katakan padaku bagaimana tepatnya aku harus melakukan salat sunah khusus ini, dan tepatnya kapan aku harus melakukannya? "

Nabi SAW menjawab, "Wahai Salman RA, pada hari pertama di bulan ini, hendaknya engkau melaksanakan salat sepuluh rakaat. Pada setiap rakaat kau baca Fatihah al-Kitab sekali, lalu Surat yang dimulai dengan "Qul: Huwa Allahu Ahad" tiga kali dan Surat yang dimulai dengan "Qul: Yaa Ayyuhal Kaafiruun" tiga kali. Dan setelah engaku mengucapkan salam terakhir, hendaknya engkau mengangkat kedua tanganmu dan berdoa:

La ilaha ill Allah, wahdahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumit, huwal hayyul qayyum, biyadihil khayr, wa huwa 'ala kulli syay-in qadiir.

Tidak ada tuhan selain Allah, tak ada sekutu baginya, milik-Nyalah semua kerajaan dan kepada-Nyalah segala pujian. Dia yang memberikan kehidupan dan menyebabkan kematian, sementara Dia Maha Hidup dan tak pernah mati. Semua kebaikan ada di Tangan-Nya, Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Yaa Allah, tak seorang pun dapat menahan apa pun yang telah Engkau berikan, dan tak seorang pun dapat memberi apa yang Kau tahan, dan tidaklah harta dunia memberikan manfaat bagi pemiliknya, bila ia tidak mendapatkan harta (kebaikan) yang datang dari-Mu di akhirat nanti.

Kemudian hendaknya engkau menggosok muka dengan kedua tanganmu, karena pada saat itu kau telah menyelesaikan sepuluh rakaat pertama.

Di pertengahan bulan hendaknya engkau melakukan sepuluh rakaat salat sunah lagi. Pada setiap rakaat hendaknya engkau membaca lagi Fatihat al-Kitab sekali seja, kemudian surat yang dimulai dengan "Qul: Huwa Allahu Ahad" tiga kali dan surat yang dimulai dengan "Qul: Yaa ayyuhal kaafiruun" tiga kali. Setelah engkau melakukan salam terakhir, hendaknya engkau mengangkat kedua tanganmu seperti sebelumnya, namun kali ini hendaknya engkau mengucapkan:

La ilaha ill Allah, wahdahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumit, huwal hayyul qayyum, biyadihil khayr, wa huwa 'ala kulli syay-in qadiir. Yaa Allah, Yaa Wahiid, Yaa Ahad, Yaa Shamad. Dia tidak beristri dan juga tidak beranak.

Kemudian hendaknya engkau menggosok muka dengan kedua tanganmu, karena pada saat itu engkau telah menyelesaikan sepuluh rakaat kedua.

Pada akhir bulan hendaknya engkau melaksanakan salat sunah sepuluh rakaat ketiga dan terakhir. Pada setiap rakaat hendaknya engkau membaca lagi Fatihat al-Kitab, sekali saja; kemudian surat yang diawali dengan "Qul:Huwa Allahu Ahad" tiga kali dan surat yang berawal dengan "Qul: Yaa ayyuhal kaafiruun" tiga kali. Dan setelah engkau mengucapkan salam yang terakhir, hendaknya engkau mengangkat kedua tangan dan berdoa:

La ilaha ill Allah, wahdahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumit, huwal hayyul qayyum, biyadihil khayr, wa huwa 'ala kulli syay-in qadiir. Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aalihi. La hawla wa la quwwata illa bilaahil 'aliyyil azhiim.

Hendaknya engkau memohon apa pun yang kau perlukan. Dia pasti akan memberikan tanggapan yang positif atas doamu. Allah SWT akan memberikan jarak sebanyak tujuh puluh lembah antara dirimu dengan neraka Jahanam. Dan setiap lembah ini lebarnya adalah sejauh jarak antara langit dan bumi. Untuk setiap rakaat yang kau lakukan dalam salat sunah tersebut, Dia akan menganugerahkan engkau jutaan rakaat (alfa alfa rak'at). Dia juga akan menulis dalam kitab catatanmu suatu keputusan bebas dari neraka dan izin untuk menyebrangi shirathal mustaqiim.

Diriwayatkan bahwa Salman RA mengatakan, "Segera setelah Nabi SAW selesai berkata, aku langsung menunduk ke tanah dan sujud merendahkan diri sambil menangis karena aku mencari cara untuk menyatakan rasa terima kasihku kepada Allah SWT untuk kehormatan yang baru saja diberikan kepadaku untuk mendengar (uraian dari Nabi SAW untuk pertama kalinya itu).
Sumber: http://www.sunnah. org/ibadaat/ Rajab/ghunya_ rajab_frame. htm

Doa Akhir Jumat Bulan Rajab

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi ra memberikan ijazah kepada Habib Umar bin Muhammad Maulakhela untuk membaca: Ahmadur rosuulullooh Muhammadur rosulullooh (Artinya: Ahmad adalah Rasulullah. Muhammad adalah Rasulullah) sebanyak 35 kali di hari Jumat terakhir bulan Rajab ketika khotib sedang duduk di antara 2 khutbah (berkhutbah).

Beliau ra berkata, "Barang siapa membaca kalimat di atas pada Jumat terakhir bulan Rajab, ketika khotib sedang duduk di antara 2 khutbah (berkhutbah) , maka selama setahun tangannya tidak akan pernah kosong dari rezeki." (Q:I:41)

Jumat, 04 Juli 2008

“Kepemimpinan blimbing (Sholat), hikmah Sunan Ampel”

Bangsa Indonesia butuh keluar dari jurang, butuh mengerti jurang apa yang menjerembabkan dalam krisis yang sangat berkepanjangan. Butuh mengerti bagaimana cara merangkak naik dari kedalaman jurang. Butuh kesungguhan untuk membebaskan diri dari jurang secara bersama-sama, bukan sendiri-sendiri atau segolongan-segolongan.

Bangsa Indonesia perlu hijrah, berpindah dari kegelapan menuju cahaya. Bangsa Indonesia perlu memahami bukan hanya cara berhijrah, tapi juga terutama kemana akan berhijrah. Kedua-duanya, 'cara' dan 'kemana' adalah pertanyaan tentang sistim nilai yang dipilih secara jelas. Perombakan sistim nilai yang tak jelas itu yang menyebabkan bangsa Indonesia belum mampu menyelenggarakan penyembuhan nasional secara tertata, belum mampu sanggup mengidentifikasi masalah-masalah secara tepat dan adil.

Dari khazanah Sunan Ampel, melalui konsep Ilir-ilir, adalah tawaran kepemimpinan Blimbing: Negeri yang amat kaya rayan amun dikelola secara buruk... Bocah angon (pengembala kebangsaan, pemimpin nasional, bukan pemuka gerombolan atau tokoh golongan) yang harus memanjat pohon blimbing. Selicin apapun, harus naik untuk memperoleh blimbing yang bergigir lima (Sholat wajib 5 waktu)... Sari blimbing itu dipakai untuk memcucui pakaian nasional yang robek-robek (krisis moral yang melahirkan krisis politik)... Mumpung jembar kalangane, mumpung padhang rembulane... Sepanjang masih sangat mungkin krisis ini diatasi...

Emha Ainin Nadjib
(Ta'zim pada Sunan Ampel. Cinta pada guru Zaini, Martapura)

Rabu, 02 Juli 2008

"Hal-hal yang Memudahkan untuk Bangun Malam"

Jangan terlampau banyak makan, sebab dengan bnyak makan tentulah akan banyak pula minumnya dan kalau banyak minum tentu banyak dipengaruhi oleh kantuk dan tidur.
Jangan meninggalkan tidur siang sekalipun sedikit, sebab hal itu dapat menolong untuk menggiatkan bangun malam
Hendaklah diinsafi benar-benar betapa keutamaan shalat di waktu malam, dengan sungguh-sungguh memperhatikan ayat-ayat serta hadits-hadits yang bersangkutan dengan persoalan itu.

"Mereka itu meninggalkan tempat tidurnya, menyeru kepada Tuhan mereka dengan perasaan takut dan penuh harapan dan suka membelanjakan sebagian dari rizki yang Kami limpahkan itu untuk kebaikan." (QS.Sajdah:16)

"Adakah orang yang patuh menjalankan melaksanakan kewajibannya selama beberapa waktu pada malam hari sambil bersujud dan berdiri, memelihara dirinya terhadap hari akhirat dan mengharapkan kerahmatan Tuhannya itu (sama dengan orang yang durhaka kepada Allah)?" (QS.Zumar:9)

"Hamba-hamba yang berbakti itu di waktu malamnya suka sekali menyembah Tuhannya dengan bersujud dan berdiri." (QS.Furqan:64)

"Orang-orang yang bertakwa itu sedikit sekali tidurnya di waktu malam. Di waktu menjelang fajar pagi (sahur), mereka itu berdo’a memohonkan pengampunan dan dari sebagian hartanya dijadikan hak yang diberikan pada orang yang meminta dan yang kekurangan." (QS.Dzariat:17-19)

"Sesungguhnya dari sebagian waktu malam itu ada suatu saat yang tiada menyamai kebaikannya bagi seorang muslim untuk memohonkan sesuatu yang baik kepada Allah Ta’ala, melainkan Allah pasti akan mengabulkannya. Demikian itu ada pada setiap malam." (HR.Muslim)

Inilah pengaruh yang paling utama sekali yaitu rasa cinta kepada Allah Ta’ala, kuatnya keimanan dan keyakinan bahwa di wakut melakukan shalat malam itu ia dapat bercakap-cakap dengan Allah ‘azza wa jalla secara lebih langsung dan dekat. Jadi tidak sebuah huruf pun yang diucapkan oleh bibirnya itu, melainkan ia merasa bahwa ia benar-benar bermunajat kepada Tuhannya. Ia yakin pula bahwa Allah Ta’ala pasti akan memperhatikan padanya itu dengan menyaksikan apa-apa yang terlintas dalam hatinya.
(Dikutip dari Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mu’min, Imam Al-Ghazali)

"Asal usul Sholat"


1. SUBUH
Orang yang pertama mengerjakan sembahyang Subuh ialah Nabi Adam a.s., iaitu tatkala baginda keluar dari syurga lalu dihantar ke bumi.perkara pertama yang dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar Subuh telah keluar Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat.


Rakaat pertama:-Bersyukur baginda kerana terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua:-Bersyukur baginda kerana siang telah menjelma.

2.ZOHOR
Orang yang pertama mengerjakan sembahyang Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s., iaitu tatkala Allah s.w.t. telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s. Sedang seruan itu datangnya pada waktu tergelincir matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim empat rakaat.

Rakaat pertama:-Bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua:-Bersyukur kerana dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga:-Bersyukur dan bermohon akan keredhaan Allah.
Rakaat keempat:-Bersyukur kerana korbannya digantikan dengan tebusan kibas.

3.ASAR
Orang yang pertama mengerjakan sembahyang Asar ialah Nabi Yunus a.s., tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah dari perut ikan nun. Ikan nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh Allah daripada 4 kegelapan, yaitu:

Rakaat pertama:- Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua:- Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga:- Kelam dengan malam.
Rakaat keempat:- Kelam dengan perut ikan Nun.

4.MAGHRIB
Orang yang pertama mengerjakan sembahyang Maghrib ialah Nabi Isa a.s., tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. karena bersyukur
Nabi Isa lalu bersembahyang tiga rakaat kerana diselamatkan dari Kejahilan tersebut, yaitu:

Rakaat pertama:-Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua:-Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga:-Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu iaitu Allah jua, tiada dua atau tiga.

5.ISYAK
Orang yang pertama mengerjakan sembahyang Isyak ialah Nabi Musa a.s.
Pada ketika itu Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah lalu menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.

Rakaat pertama:-Dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua:-Dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga:-Dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat:-Dukacita terhadap anak Firaun.