Kamis, 27 Agustus 2009

KEUTAMAAN PUASA DAN KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Banyak sekali ayat dalam al Qur’an yang memberikan anjuran untuk berpuasa sebagai sarana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti firman Allah:

Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al baqarah:184)

Firman Allah :

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”(QS. Al Ahzab:35)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah menjelaskan dalam hadits-hadits shahih tentang keutamaan-keutamaan puasa, yang dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits shahih berikut ini.

1. Puasa adalah Perisai atau Pelindung

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyuruh orang yang kuat dan besar dorongan syahwatnya dan belum mampu untuk menikah agar berpuasa. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

ayat22.jpg

Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa diantara kamu telah mampu baa’ah (mampu menikah dengan berbagai macam persiapannya) hendaklah menikah, karena menikah lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaklah berpuasa karena puasa merupakan pelemah syahwat baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah menjelaskan bahwa puasa adalah benteng dan perisai yang menghalangi seseorang dari neraka. Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam : “Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka.” (HR. Ahmad, ini adalah hadits shahih)

2. Puasa Menyebabkan Seorang Hamba Masuk ke Dalam Surga

Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukkanku ke surga.” Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab: “Hendaklah kamu berpuasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu.” (HR. An- Nasa’i, Ibnu Hibban, Al Hakim, dg sanad yg shahih)

3. Orang Berpuasa Diberi Pahala yang Tidak Terhitung

4. Orang yang berpuasa Mempunyai Dua Kegembiraan

5. Bau Mulut Orang Berpuasa Lebih Wangi di Sisi Allah dari Bau Misk

Point 3,4,dan 5 dalilinya ada pada hadits berikut, yaitu Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Allah berfirman:’ Semua amalan bani Adam untuknya kecuali puasa (yakni baginya palaha terbatas, kecuali puasa karena pahalanya tidak terbatas), karena puasa itu untuk Aku dan Aku akan membalasnya’. Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kamu sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, ucapkanlah :”Aku sedang berpuasa”, demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak misk (parfum yang wangi). Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka dia bergembira dan jika bertemu Rabbnya dia bergembira karena puasa yang dilakukannya.” (HR. Bukhari, Muslim, ini lafadz Bukhari)

6. Puasa dan Al Qur’an akan Memberikan Syafa’at (Pertolongan) kepada Ahlinya

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Puasa dan Al Qur’an akan memberikan syafa’at kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata: “Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat, berilah dia syafaat karenaku, dan Al Qur’an pun berkata: “Aku telah menghalanginya dari tidur di malan hari, berilah dia syafaat karenaku.” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Maka keduanya memberi syafaat.” (HR. Ahmad, Al Hakim, Abu Nu’aim, dg sanad yg hasan)

7. Puasa Merupakan Kafarat (Tebusan atas kesalahan atau kekurangan)

Diantara keistimewaan puasa, yang tidak ada dalam amalan lain adalah Allah menjadikannya sebagai kafarat bagi orang yang memotong rambut kepalanya (ketika Haji) karena ada udzur sakit atau penyakit di kepalanya dan kafarat nagi yang tidak mampu untuk membeli kurban (QS. Al Baqarah:196).

Kafarat bagi pembunuh orang orang kafir (kafir dzimmi) yang mempunyai perjanjian karena tidak sengaja (QS. An Nisaa’:92)

Juga sebagai kafarat bagi yang membatalkan sumpah (QS. Al Maidah:89) atau membunuh binatang buruan di tanah haram (QS. Al Maidah:95) dan sebagai kafarat dhihar. (QS. Al Mujadalah:3-4)

8. Ar Rayyan Bagi Orang yang Berpuasa

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Sesungguhnya dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk pada hari kiamat nanti dari pintu tersebut, tidak ada orang selain mereka yang memasukinya. Jika telah masuk orang terakhir dari mereka yang berpuasa ditutuplah tersebut, barangsiapa yang masuk akan minum dan barangsiapa yang minum tidak akan merasa haus untuk selamanya.”(HR. Bukhari, Muslim)

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Ramadhan adalah bulan kebaikan dan berkah. Allah memberkahinya dengan banyak keutamaan, diantaranya:

1. Bulam Al Qur’an

Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai hidayah bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus, menjelaskan jalan petunjuk, diturunkan pada malam Lailatul Qadr, satu malam pada bulan Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman:

ayat33.jpg

Bulan Ramadhan itulah bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan membedakan antara yang haq dan yang bathil. Maka barangsiapa di anatar kamu melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah:185)

2. Syaitan-syaitan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Apabila datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga (dalam riwayat lain, dibukalah pintu-pintu rahmat), dan ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaitan-syaitan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semua itu telah sempurna semenjak malam pertama bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: ”Apabila telah datang malam pertama bulan Ramadhan, diikatlah syaitan-syaitan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga tidak ada satu pun yang tertutup, dan menyerulah seorang penyeru: “Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah.” Dan Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi setiap malam.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaimah. Sanad ini hasan)

3. Malam Lailatul Qadr

Allah berfirman:

Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr:3)

Hal ini akan dijelaskan secara rinci dalam pembahasan malam Lailatul Qadr, Insya Allah.

Maraji’: Kitab Fiqih Ramadhan, oleh Ustadz Abdullah Sholeh Al Hadrami, penerbit Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khatimah, Malang

Kamis, 05 Maret 2009

Seputar Shalawat Kepada Rasulullah SAW

As Salamu 'alaikum wr. wb.,
Pertama-tama, ada hal yang harus ditegaskan di sini, bahwa bersholawat merupakan tuntunan agama, dan siapa yang mendengar nama Nabi Muhammad saw maka harus menjawab atau mengucapkan sholawat, minimal bersholawat dalam hati. Intinya harus bersholawat. Berikut ini dalil seputar sholawat:

QS 33:56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat- Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[1230] .

[1229]. Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.[1230]. Dengan mengucapkan perkataan seperti:Assalamu' alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu hai Nabi.

Dari Ibnu Mas'ud ra. Rasulullah Saw. Bersabda:"Bahwasanya seutama-utamanya manusia (orang yang terdekat) dengan aku pada hari kiamat adalah mereka yang lebih banyak bershalawat kepadaku". (HR. Tirmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Hibban)

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:"Seseorang amat hina, jika bila namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku". (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadis hasan).

Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:"Barangsiapa disebutkan namaku disisinya, maka hendaklah ia mengucapkan shalawat kepadaku, karena barang siapa bershalawat kepadaku sekali, Allah Azza wa Jalla bershalawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali". (HR. Ibnu Sunni dengan isnad jayyid).

Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]

Dari Ali r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:"Orang yang bakhil (kikir) itu ialah orang yang (jika) namaku disebut disisinya, maka ia tidak mau mengucapkan shalawat kepadaku". (HR. Tirmidzi, Ia menyatakan hadis yang hasan shahih)

Dari Abu Thalha r.a. Sabda Rasulullah Saw.:"Pada suatu hari beliau datang, sedangkan kegembiraan tampak di wajahnya, lalu beliau Saw. bersabda: "Jibril as. datang kepadaku dan ia berkata: "Tidak engkau ridha, hai Muhammad bahwa tidak seorangpun dari ummatmu memohonkan rahmat (membaca shalawat) atasmu melainkan saya memohonkan rahmat atasnya sepuluh kali, dan tidaklah seseorang dari umatmu memohonkan keselamatan atasmu kecuali aku memohonkan keselamatan atasnya sepuluh kali.". (HR. An-Nasai dan Ibnu Hibba, dengan sanad yang baik)

Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:"Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat, (rahmat) dan Allah menghapuskan kesalahan dan mengangkat sepuluh derajat kepadanya". (HR. Ahmad, An-Nasa'i dan Al-Hakim)

Dari Anas ra, ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:"Tidak sempurna iman seorang dari kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada ia mencintai anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya". (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Turmudzi, Nasai dan Ibnu Majah)

Dari Abduraahman Bin Abi Laila dari bapaknya ra, ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda :"Tidak sempurna seseorang dari kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya, dan ahliku lebih dicintai olehnya daripada ahlinya, dan anak cucuku lebih dicintai olehnya daripada anak cucunya, dan keturunanku lebih dicintai olehnya daripada ia mencintai keturunannya" . (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Dari Abi Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda :"Tiada dari seorang yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah menerima ruhku sehingga aku menjawab salam padannya". (HR. Abu Dawud)

Dari Abi Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda :"Bershalawatlah atas para Nabi Allah dan utusan-Nya sebagaimana kamu semua bershalawat kepadaku, sebab mereka itu sama diutus sebagaimana aku diutus". (HR. Ahmad dan Al-Khathib)

Dari Abi Umamah ra, ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda :"Perbanyaklah membaca shalawat padaku pada setiap hari Jum'at, sebab shalawat ummatku dipintakan kepadaku setiap hari Jum'at. Maka siapa yang paling banyak shalawatnya kepadaku dari mereka maka ia orang yang terdekat dari mereka kepadaku akan tingkatannya" . (HR. Al-Baihaqy)

Dari Ali Bin Husin dari ayahnya dari kakeknya ra, Rasulullah Saw. Bersabda :"Siapa bershalawat kepadaku dihari Jum'at seratus kali maka ia datang dihari kiamat dengan cahaya, andaikata dibagi antara makhluk semuanya maka cahaya itu akan memenuhinya". (HR. Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah)

Dari Al-Husin Bin Ali ra, Rasulullah Saw, Bersabda :"Dimana saja kamu berada maka bershalawatlah kepadaku, sebab shalawatmu itu akan sampai kepadaku". (HR. At-Thabrani)Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah Saw, Bersabda :"Siapa bershalawat kepadaku disisi kuburku maka saya mendengarnya, siapa bershalawat kepadaku dari jauh maka shalawat itu diserahkan oleh seorang malaikat yang menyampaikan kepadaku, dan ia dicukupi urusan keduniaan dan keakhiratannya, dan aku sebagai saksi dan pembela baginya". (HR. Al-Baihaqy dan Al-Khatib)Dari Ibnu Mas'ud ra, Rasulullah Saw. Bersabda :"Bahwa Allah Swt. memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling di bumi sebagai penyampai "salam" kepadaku dari ummatku". (HR. Al-Hakim, An-Nasai, Ibn Hibban)

Macam macam Sholawat dapat di golongkan menjadi 2 golongan yaitu:
Sholawat Ma‘tsuroh : Sholawat yang redaksinya langsung dari Alloh swt dan/atau Nabi Muhammad saw, misalnya Sholawat Ibrohimiyah, yaitu seperti dalam bacaan Tasyahhud akhir Sholawat.
Sholawat Ghoiru Ma'tsuroh: yaitu sholawat yang disusun/diajarkan oleh selain Nabi Muhammad saw, yaitu : yaitu oleh para sahabat, tabi’in, auliya, para ulama’ dan umumnya orang islam. Misalnya: Sholawat Nariyah, Munjiyat, Badawi, Badar, dan masih banyak lagi. Barzanji pun masuk di dalamnya.

Sudah jelas bahwa sholawat ma'tsuroh lebih utama dan lebih mulia daripada sholawat ghoiru ma'tsuroh, karena diajarkan langsung lafadznya oleh Allah swt dan/atau Nabi Muhammad saw. Karena itu hendaknya kita melazimkan membaca sholawat ma'tsuroh, terlebih yang dipakai dalam sholat. Dan sholat dengan sholawat ma'tsuroh, terutama sholawat Ibrohimiyah adalah identik. Memperbanyak sholat, berarti memperbanyak bacaan sholawat Ibrohimiyah.

Tinggal masalahnya sekarang bagaimana dengan sholawat Ghoriu Ma'tsuroh? Di sini ada khilafiyah atau pembicaraan, tapi mayoritas memperbolehkannya. Memang ada yg mengkritisi karena tidak diajarkan oleh Allah swt / Nabi Muhammad saw, karena tdk tauqifiyah. Namun banyak pula ulama yang tidak mengharuskan sholawat harus ma'tsuroh, karena merupakan Ibadah Ghoiru Mahdhoh. Apalagi dalam beberapa hadits dan atsar, ada shahabat ra yg menggubah doa, dzikir, dan sholawat, dan diketahui oleh Nabi Muhammad saw, tetapi Nabi saw tdk mengecamnya. Silahkan lihat kitab-kitab hadits, tafsir, dan fiqih.

Namun utk sholawat yg dipakai dalam sholat, harus ma'tsuroh, apalagi ada dalil dari Nabi Muhammad saw yg berbunyi: "Sholluu kamaa roaitumuunii usholli" - Sholatlah kamu sebagaimana aku sholat. Ada juga yang mengkritisi karena beberapa sholawat Ghoiru Ma'tsuroh mengandung lafadz bermakna tawassul. Namun tawassul adalah masalah khilafiyah, dan jumhur 'ulama, terlebih di masa salafus-sholih membolehkan, bahkan menganjurkan tawassul dgn Nabi Muhammad saw. Silahkan lihat buku-buku fiqih baik dari era klasik hingga kontemporer. Ada juga yang mengkritis karena beberapa sholawat Ghoiru Ma'tsuroh karena beberapa terkesan terlalu puitis dan berlebihan. Padahal di beberapa hadits, Nabi Muhammad saw memberi peringatan baik halus maupun tegas utk tdk berlebihan memujinya. Maka ada ulama yg memakruhkan doa dan sejenisnya yg terlalu berlebihan. Tetapi banyak yg membolehkannya, terlebih dlm sholawat, karena pd era shahabat ra pun sudah menggubah nasyid, lantunan pujian dan sholawat kpd Nabi Muhammad saw, terutama Hasan bin Tsabit ra, dan Abbas ra. Ini terekam dlm hadits, atsar, tarikh, siroh nabawiyah. Silahkan mencarinya.

Intinya memang ada khilafiyah pada masalah sholawat Ghoiru Ma'tsuroh, namum mayoritas tidak mempermasalahkannya , dan toh ini masalah ijtihadiyah di area furu'. Bukan area ushul yg kalau salah atau berbeda bisa mengeluarkan orang tsb dari agama. Ini masih dlm area furu'.Yg super bid'ah lagi haram adalah gara-gara masalah furu' sampai berpecah-belah, memutuskan tali silaturahim dan ukhuwah Islamiyah, hingga tdk bertegur-sapa, tdk mau sholat jama'ah, saling mencaci-maki. Lihatlah ayat-ayat dan hadits berikut, dan carilah asbabun-nuzul dan asbabul-wurudnya. Hanya orang-orang yang keras hati dan bermental titisan khowarij dan takfiri saja yg enggan mengambil hikmah dan merubah sikapnya.

(QS 3:103). Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

(QS 49:9). Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

(QS 49:10). Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

(QS 49:11). Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
[1409]. Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. [1410]. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya.

(QS 49:12). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan) , karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

(QS 49:13). Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Dan ini juga jelas tidak beradab, dan menyakiti perasaan Nabi Muhammad saw. Padahal adab terhadap Rasulullah saw penting, jangan berdebat, memanggil namanya dgn suara yg tdk lemah lembut atau kurang sopan saja, sudah dikecam! Apalagi kita berdebat seperti ini, bahkan dgn topik sholawat, tanpa mempertimbangkan segala aspek dan kajian secara seksama dan mendalam. Bagaimana kita bisa menghadap Nabi Muhammad saw kelak di hari kiamat? Lalu bagaimana bila Beliau saw bertanya kpd kita, kenapa kita berdebat ttg sholawat macam begini?

(QS 49:2). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu[1408] , sedangkan kamu tidak menyadari.
[1408]. Meninggikan suara lebih dari suara Nabi atau bicara keras terhadap Nabi adalah suatu perbuatan yang menyakiti Nabi. Karena itu terlarang melakukannya dan menyebabkan hapusnya amal perbuatan.

(QS 49:3). Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.

Hubungilah orang yang memutus hubungannya dengan kamu dan berilah (sesuatu) kepada orang yang enggan memberimu. Hindarkan dirimu dari orang yang menzalimi kamu (Artinya, jangan menghiraukan orang yang menzalimi kamu). (HR. Ahmad)

Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan. (HR. Muslim)

Apabila kawan muslim seseorang digunjing dan dia tidak menyanggah (membelanya) padahal sebenarnya dia mampu membelanya maka Allah akan merendahkannya di dunia dan di akhirat. (HR. Al Baghowi dan Ibnu Babawih)
Cukup jahat orang yang menghina saudaranya. (HR. Muslim)

Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan saudaranya melebihi tiga malam. Hendaklah mereka bertemu untuk berdialog mengemukakan isi hati dan yang terbaik ialah yang pertama memberi salam (menyapa). (HR. Bukhari)

Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim)

Jibril Alaihissalam yang aku cintai menyuruhku agar selalu bersikap lunak (toleran dan mengalah) terhadap orang lain. (HR. Ar-Rabii')

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya). (HR. Muslim)
Jangan menolak hadiah dan jangan memukul kaum muslimin. (HR. Ahmad)

Sesungguhnya Allah Ta'ala menyukai kelestarian atas keakraban kawan lama, maka peliharalah kelangsungannya. (HR. Ad-Dailami)

Seorang mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan mereka. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Senyummu ke wajah saudaramu adalah sodaqoh. (Mashabih Assunnah)

Apabila dua orang muslim saling berjumpa lalu berjabatan tangan dan mengucap "Alhamdulillah" dan beristighfar maka Allah 'Azza Wajalla mengampuni mereka. (HR. Abu Dawud)

Sekali lagi, yg suka berdebat, mestinya jauh lebih mengerti dan paham kajian tafsir, asbabun-nuzul, asbabul-wurud dari ayat Al-Quran dan hadits di atas. Monggo pelajari dan renungkan!!!

AIR MATA RASULULLAH SAW

AIR MATA RASULULLAH SAW...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru
mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?". "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya
baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu
hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul
maut," kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih
Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa haqku nanti di
hadapan Allah?" tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" tanya
Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" tanya
Rasulullah kemudian. "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku : Kuharamkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan
ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah
peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul
maut ini," perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang
disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup,
melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian
terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan
lagi. "Ya Allah, dahsyatnya maut ini, timpakan saja semua siksa maut
ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki
dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "U ushiikum bis
shalati, wa maa malakat aimanuku – peliharalah shalat dan peliharalah
orang-orang lemah diantaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" "Umatku, umatku, umatku?" Dan,
berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai sepertinya? Kenapa kita berselisih faham, tidak
mau membaca sholawat kepada beliau yang senantiasa Mencintai
ummatnya.... ......Allahumma sholli 'ala Muhammad wabaarik wa
salim'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

NB : Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul
kesadaran untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, seperti Allah dan
Rasul-Nya mencintai kita. Karena sesungguh-Nya selain daripada itu
hanyalah fana belaka.
Amin...

Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang
menyayangimu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena
tiada lagi yang mengasihimu diakhirat.

(sumber: www.majelisrasulullah.org)

Rabu, 04 Maret 2009

PERINGATAN MAULID NABI SAW

ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah
tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian
kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa
syar’an, (logika dan syariah).

Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yg membuat mereka gembira,
apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka
merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang,
lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat
istiadat diseluruh dunia.

Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.

Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
• Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam
sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari
aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
• Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari
kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam
15)
• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala
shahihain hadits no.4177)
• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi
pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat
saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat
hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya
terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang
benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat
melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga
pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari
Almasyhur juz 6 hal 583)
• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan
runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di
Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari
Almasyhur juz 6 hal 583)

Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian
kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt
telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini,
sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran
Nabi nabi sebelumnya.

Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw
menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan”
(Shahih Muslim hadits no.1162). dari hadits ini sebagian saudara2 kita
mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dg puasa.

Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda
dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah
hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya :
“oh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..”, namun beliau
bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi beliau saw
hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya,
contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita
berangkat umroh pada 1 Januari?”, maka amir menjawab : “oh itu hari
kelahiran saya”. Nah.. bukankah jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa
1 januari adalah hari yg berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?,
dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari
kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yg perhatian pada
hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dg hari kelahirannya maka
pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari
kelahirannya,

dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan
kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban
beliau saw yg lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana
contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu
adalah hari kelahirannya, maka mereka yg berpendapat bahwa boleh
merayakan maulid hanya dg puasa saja maka tentunya dari dangkalnya
pemahaman terhadap ilmu bahasa.

Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?,
Rasul saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari
kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw,
sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yg perhatian pada hari
kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah
bangkitnya islam.

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai
Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan
membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang,
diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu
maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit
bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan
dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya”
(Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

Kasih sayang Allah atas kafir yg gembira atas kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam
mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu
lahab menjawab : “di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin
karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas
kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam
Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathul baari
Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini dibantai di
alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau
menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya
setiap hari senin karena telah gembira dg kelahiran Rasul saw dengan
membebaskan budaknya.

Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum
syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah
dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw,
maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka
Imam imam diatas yg meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi
kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan
mereka tak mengingkarinya.

Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur
oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah
disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu
Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata :
“bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah
bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul”
(shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram,
sebagaimana beberapa hadits shahih yg menjelaskan larangan syair di
masjid, namun jelaslah bahwa yg dilarang adalah syair syair yg membawa
pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yg memuji Allah dan
Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan
didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak
riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar
khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk
melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058,
sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada
beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra
berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu
membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
sebelumnya perlu saya jelaskan bahwa yg dimaksud Al Hafidh adalah
mereka yg telah hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum
matannya, dan yg disebut Hujjatul Islam adalah yg telah hafal 300.000
hadits dengan sanad dan hukum matannya.

1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa
Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari
asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata :
“hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa,
maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda
Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka
diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada
suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa
didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah,
membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi
ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN
ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI
MEREKA” (QS Al Imran 164)

2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw
ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi
(Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam
Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber
Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun,
dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah
beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau
saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai
Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya
bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw
dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg
makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus
mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii
‘amalilmaulid”.

3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg
diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak
bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan
hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau
saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah
dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa
keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan
setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah
demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah
menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg
Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia
gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat
Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku,
sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan
dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.

5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy
dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu
menukil hadits Abu Lahab

6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga,
tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di
seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam
sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap
mereka keberkahan yg sangat besar”.

7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu
bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”

8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal ”al aruus” juga beliau berkata
tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu,
dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa
yg membacanya serta merayakannya”.

9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab
al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg
menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.

10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad
yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi
dg karangan maulidnya yg bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”

11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”

12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid ibn katsir”

13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy
dg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”

14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al
mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud
asshadi fi maulid al hadi.

15. Imam assyakhawiy
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi

16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah

17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As
syaibaniy yg terkenal dg ibn diba’
dg maulidnya addiba’i

18. Imam ibn hajar al haitsami
dg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam

19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala
maulid ibn hajar

20. Al Allamah Ali Al Qari’
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi

21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji

23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dg maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad

24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
dg maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’

25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
dg maulid al maulid mustofa adnaani

26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”

27. Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif

28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar

29. Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa

30. As syeikh Muhammad Al maghribi
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.

Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang
hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg
menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid,
maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam
itu, dengan kelicikan yg jelas jelas meniru kelicikan para misionaris
dalam menghancurkan Islam.

Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari kerinduan pada
Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa
risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana
penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana
diriwayatkan ketika sa’ad bin Mu’adz ra datang maka Rasul saw berkata
kepada kaum anshar : “Berdirilah untuk tuan kalian” (shahih Bukhari
hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula
berdirinya Thalhah ra untuk Ka’b bin Malik ra.

Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama,
sebagaimana yg dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa
berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk
kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yg adil dan yg
semacamnya merupakan hal yg baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yg
dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yg duduk, dan Imam Nawawi yg
berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka taka apa, sebagaimana
Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang,
namun adapula pendapat lain yg melarang berdiri untuk
penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam
Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)

Namun sehebat apapun pendapat para Imam yg melarang berdiri untuk
menghormati orang lain, bisa dipastikan mereka akan berdiri bila
Rasulullah saw datang pada mereka, mustahil seorang muslim beriman
bila sedang duduk lalu tiba tiba Rasulullah saw datang padanya dan ia
tetap duduk dg santai..

Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam
membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan
itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas
dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan
pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yg tak bisa
disyarahkan dengan hukum dhohir,
semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri
penghormatan yg Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri
untuk memuliakan beliau saw.

Jauh berbeda bila kita yg berdiri penghormatan mengingat jasa beliau
saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita
adalah bentuk kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam
pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.

Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah,
seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama
para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yg
padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair
syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh
Imam imam yg hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yg luhur dan
cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan,
dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bid’ah
hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yg
sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yg terncantum pd
Bab Bid’ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan
tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu
Bid’ah hasanah,

Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga
hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan
agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yg
mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)

Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin
untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah
islami yg diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji
pujian pada Allah dan Rasul saw yg sudah diperbolehkan oleh Rasul saw,
dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua
maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yg dalam
ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yg mengingkarinya
karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan
muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin
aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini
merupakan hal yg mustahab (yg dicintai), sebagaiman kaidah syariah
bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yg menjadi
penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.

contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam
shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu
waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju
penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya
berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat
yg wajib .

contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong
baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa
siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat
kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian
kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yg
hukumnya sunnah.

Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah,
dan dakwah merupakan hal yg wajib pada suatu kaum bila dalam
kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dg Nabinya saw, tak pula
perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau
saw, dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi
saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara
Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta
silaturahmi.

Sebagaimana penulisan Alqur’an yg merupakan hal yg tak perlu dizaman
nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena
sahabat mulai banyak yg membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi
wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yg wafat, karena
ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah
menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.

Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para
khulafa’urrasyidin, sahabat radhiyallahu’anhum, Imam dan Muhadditsin,
para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yg awam, namun hanya
sebagian saudara saudara kita muslimin yg masih bersikeras untuk
menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan
kejernihan, amiin.

(Sumber: www.majelisrasulullah.org)
Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa