Jumat, 04 Juli 2008

“Kepemimpinan blimbing (Sholat), hikmah Sunan Ampel”

Bangsa Indonesia butuh keluar dari jurang, butuh mengerti jurang apa yang menjerembabkan dalam krisis yang sangat berkepanjangan. Butuh mengerti bagaimana cara merangkak naik dari kedalaman jurang. Butuh kesungguhan untuk membebaskan diri dari jurang secara bersama-sama, bukan sendiri-sendiri atau segolongan-segolongan.

Bangsa Indonesia perlu hijrah, berpindah dari kegelapan menuju cahaya. Bangsa Indonesia perlu memahami bukan hanya cara berhijrah, tapi juga terutama kemana akan berhijrah. Kedua-duanya, 'cara' dan 'kemana' adalah pertanyaan tentang sistim nilai yang dipilih secara jelas. Perombakan sistim nilai yang tak jelas itu yang menyebabkan bangsa Indonesia belum mampu menyelenggarakan penyembuhan nasional secara tertata, belum mampu sanggup mengidentifikasi masalah-masalah secara tepat dan adil.

Dari khazanah Sunan Ampel, melalui konsep Ilir-ilir, adalah tawaran kepemimpinan Blimbing: Negeri yang amat kaya rayan amun dikelola secara buruk... Bocah angon (pengembala kebangsaan, pemimpin nasional, bukan pemuka gerombolan atau tokoh golongan) yang harus memanjat pohon blimbing. Selicin apapun, harus naik untuk memperoleh blimbing yang bergigir lima (Sholat wajib 5 waktu)... Sari blimbing itu dipakai untuk memcucui pakaian nasional yang robek-robek (krisis moral yang melahirkan krisis politik)... Mumpung jembar kalangane, mumpung padhang rembulane... Sepanjang masih sangat mungkin krisis ini diatasi...

Emha Ainin Nadjib
(Ta'zim pada Sunan Ampel. Cinta pada guru Zaini, Martapura)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Koreksi jika ada kesalahan "Sesungguhnya manusia tidak luout dari salah dan dosa"